Mahasiswa
merupakan generasi muda penerus bangsa. Peran pemuda sangat penting
dalam memelihara dan menjaga keutuhan bangsa. Bila membaca sejarah
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, tidak berlebihan bila
mengatakan bahwa dari para pemuda, lahirnya kemerdekaan Republik
Indonesia. Betapa tidak, setiap momentum perubahan yang terjadi pada
bangsa kita tidak lepas dari peran pemuda. Bangsa Indonesia telah
menyaksikan bahwa momentum perjuangan telah diciptakan dan diharumkan
oleh pemuda dalam perjalanan sejarahnya.
Ketika
kita menelusuri sejarah pemuda dalam perjuangan kemerdekaan Republik
Indonesia, rata-rata mereka adalah para mahasiswa atau pelajar. Tahun
1908, merupakan tonggak awal Kebangkitan Nasional. Tahun ini awal
berdirinya Organisasi Budi Oetomo, organisasi yang dimotori oleh para
mahasiswa Stovia, sekolah kedokteran yang didirikan Belanda untuk anak
priyayi Indonesia. Meskipun organisasi Budi Oetomo dalam perdebatan
mengenai sifat organisasi nasional atau bukan, karena organisasi ini
hanya ada di Jawa dan memang khusus diperuntukkan bagi orang Jawa,
tetapi di sini ada kesadaran untuk menyatu dalam suatu bangsa dan awal
perjuangan melalui sarana organisasi.
Tahun
1928, merupakan wujud menggelora semangat nasionalisme pemuda
Indonesia, yang terikrar dalam Sumpah Pemuda. Para mahasiswa yang sedang
bejalar di luar negeri, seperti Soepomo, Mohammad Hatta, dan Sutan
Syahrir, mereka aktif berdiskusi tentang masa depan negaranya. Di dalam
negeri sendiri, Soekarno, sejak remaja, mahasiswa, sampai lulus kuliah,
terus aktif menyuarakan tuntutan kemerdekaan bagi Negeri Indonesia. Dua
puluh tahun Kebangkitan Nasional yang terkotak-kotak dalam organisasi
daerah, tersimpulkan dalam kesadaran kemerdekaan satu negara, satu
bangsa dan satu bahasa Indonesia.
Tahun
1945, merupakan tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Deklarasi
kemerdekaan Republik Indonesia ini tidak lepas dari peran pemuda
Indonesia. Pasca dijatuhkannya bom atom di Jepang pada 6 dan 9 Agustus
1945 oleh Amerika Serikat (AS), para pemuda dengan cepat memanfaatkan
peluang tersebut untuk menyatakan kemerdekaan.
Perjuangan
untuk mempertahankan kemerdekaan terus berlanjut. Setelah proklamasi
kemerdekaan, 17 Agustus 1945, pasukan Inggris datang ke Indonesia untuk
melucuti senjata pasukan Jepang. Namun, mereka bersekutu dengan tentara
Belanda (NICA). Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR dan polisi diserahkan kepada mereka.Kekuasaan
sekutu ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk turut tetap menjajah
Indonesia, karena Belanda belum mengakui kemerdekaan Indonesia. Para
pemuda Indonesia terus berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia, seperti perlawanan Bung Tomo beserta kawan-kawan di Surabaya
dan Muhammad Toha beserta kawan-kawan di Bandung sehingga menjadikan
Bandung Lautan Api.
Dari
generasi ke generasi, pemuda Indonesia tampil mengobarkan semangat
perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan. Kini, Indonesia sudah
menikmati kemerdekaan 68 tahun, mempertahankan kemerdekaan Indonesia pun
masih terus berlanjut. Serangan yang datang bukan lagi penjajahan dalam
kokangan pistol atau senapan, tetapi jeratan Narkoba yang bila
dibiarkan secara simultan dapat mengganggu stabilitas negara.
Mahasiswa
harus tahu tentang bahaya Narkoba dan dalam bergaulan harus cerdas dan
lebih berhati-hati dalam memilih teman. Walau tidak menjadi pengguna,
tetapi secara tidak disadari bisa menjadi kurir. Ada banyak modus yang
dilakukan oleh pengedar Narkoba. Di antaranya, dipacari. Misalnya, di
dalam internet, atau FB, para pengedar berkenalan, lalu merayu dengan
mengajari mahasiswi bahasa Inggris. Setelah akrab, mahasiswi pun diajak
jalan-jalan ke luar negeri. Awalnya tidak apa-apa ketika jalan-jalan,
tetapi di sana pengedar melakukan pengamatan. Jalan-jalan kedua,
pengedar mulai melakukan aksi dengan memberi tas atau sepatu baru,
padahal di dalamnya atau bagian dari barang tersebut sudah dimasukkan
Narkoba. Dengan Oleh karena itu, mahasiswa jangan sampai masuk ke
jeratan rekrutmen kurir Narkoba. Demikian pemaparan Pak Heri Istu
Hariono, Kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Tangerang Selatan,
dalam seminar, Mewujudkan Pemuda yang Berkarakter Tanpa Narkoba, Kamis,
27 Maret 2014, di UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
Lebih
lanjut lagi, Pak Heri menekankan akan pencegahan Narkoba bahwa
mahasiswa atau pemuda harus membuka kesadaran akan bahaya penyalahgunaan
Narkoba dan berperan aktif dalam pencegahan tersebut.
Senada
dengan paparan Pak Heri akan pemuda berkesadaran, Ibu Delina Hasan,
Wakil Dekan FKIK, Bidang Kemahasiswaan UIN Syarifhidayatullah Jakarta,
menyebutkan bahwa karakteristik pemuda itu membangun kesadaran dalam
diri pemuda, memiliki karakter, berkapasitas dan daya saing, serta
mempunyai kemauan dan jaringan. Ibu Delina mencontohkan karakter pemuda
itu seperti pemuda Al-Kahfi yang tergambarkan dalam al-Quran surah
Al-Kahfi. Para pemuda tersebut memiliki keimanan yang kuat,
berintegritas, dan tidak mau terkontaminasi oleh orang lain atau
lingkungan.
Sudah
saatnya pemuda Indonesia bergegas menyadari bahaya penyalahgunaan
Narkoba. Mengenal dan memahami Narkoba secara utuh, dari kandungan
zatnya, penyalahgunaan zat tersebut, efek dan bahaya bagi pengguna,
keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Para
pemuda yang membantu mensosialisasikan efek bahaya penyalahgunaan
Narkoba, di antaranya para mahasiswa dan mahasiswi UIN
Syarifhidayatullah Jakarta. Para mahasiswa ini membentuk Satuan Tugas
Gerakan Anti Narkoba Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah
Jakarta, kemudian disingkat menjadi Satgas GAN UIN Jakarta. Satgas ini
didirikan pada tanggal 21 November 2013, berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Rektor UIN Jakarta, Nomor: UN.01/R/H.005/122/2013 tentang
pembentukan dan pengangkatan pengurus Satgas Anti Narkoba UIN Jakarta.
Satgas
GAN UIN Jakarta ini telah melakukan berbagai kegiatan dalam upaya
mencegah penyalahgunaan Narkoba, baik di internal kampus maupun di
lingkungan sekitar. Pada periode September-November 2013 telah melakukan
penyuluhan di asrama putrid dan putra UIN Jakarta, Ta’aruf Jurusan PBSI
serta di kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Jakarta di beberapa
tempat Kabupaten Tangerang dan Bogor. Tidak hanya itu, Satga GAN UIN
juga bergerilya ke berbagai sekolah yang ada di sekitar lingkungan UIN
Jakarta. Periode Januari-Maret 2014 telah melakukan penyuluhaan di SMK
Tri GUna, SMP Muhammadiyah 17, SMK Pelita, SMP-SMK Miftahul Jannah, MTs
Negeri 13 Jakarta, SMPIT Insan Cendikia Madani Serpong dan SMK Ruhama
Ciputat.
Peran
pemuda seperti inilah diharapkan menjadi titik awal untuk menjaga atau
memelihara diri pemuda sendiri dari jeratan Narkoba, dan turut membantu
mengkampanyekan atau mensosialisasikan pencegahan penyalahgunaan Narkoba
di keluarga, lingkungan sekitar, dan khalayak masyarakat. Tulisan ini
ditutup dengan kutipan Pramoedya Ananta Toer, “Kalian pemuda, kalau
kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi
hidupnya hanya beternak diri.”
0 Comments:
Posting Komentar