Kisahnya terjadi 2 Juni 2012 di Arizona. Ketika seseorang menghubungi polisi karena ia menemukan bayi yang terikat di car seatdi tengah jalan. Mobil tersangka sudah melaju sekitar 400 meter sebelum bayi yang berada di car seat
itu terjatuh. Si bayi diperiksa ke rumah sakit setempat dan tidak
mengalami cedera. Si ibu bayi yang bernama Catalina, berusia 21 tahun,
mengakui kesalahannya tersebut dan mengaku berada di bawah pengaruh
ganja ketika meletakkan bayinya di atap mobil dan mengemudikan
kendaraannya.
Pengaruh
ganja yang sangat kuat telah membahayakan bayi ibu muda tersebut. Ganja
adalah salah satu bentuk obat-obatan terlarang yang biasanya dibentuk
menjadi rokok dengan menggunakan batang, daun, bunga dan biji tumbuhan
ganja, tetapi juga dapat dicerna dalam berbagai cara. Ganja adalah obat
terlarang yang paling sering disalahgunakan di berbagai negara. Ulasan
ilmiah oleh Institute of Medicine National Academy of Sciences, Yayasan Addiction Canada Research,
dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa ganja memiliki
banyak efek akut dan kronis pada kesehatan pengguna, demikian yang
dilansir Livestrong.
Ganja
memengaruhi otak, maka hal tersebut dapat berdampak akut pada persepsi
seseorang dan kinerja dalam kegiatan umum seperti mengemudi yang bisa
membahayakan kesehatan. Menggunakan ganja juga telah diketahui
menyebabkan kecemasan, halusinasi, dan rasa takut atau panik.
Fenomena
halusinasi merupakan persepsi yang abnormal pada individu dimana ia
sadar dan terjaga akan tetapi tanpa adanya stimulus pada reseptor panca
indera yang nyata di luar dirinya. Halusinasi, dengan kata lain persepsi
tanpa objek yang jelas. Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh
panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook &
Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).
Ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, di antaranya :
1. Halusinasi auditorik (pendengaran).
Halusinasi
ini sering berbentuk: a) Akoasma, yaitu suara-suara kebisingan tanpa
dapat dibedakan makna secra jelas. b) Phonema, yaitu suara-suara dari
manusia berupa kalimat. Penderita mendengar kalimat-kalimat secara jelas
atau potongan kalimat (kata) tertentu saja.
Karakteristik
ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang. Biasanya
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi visual (penglihatan).
Penderita
melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi pada penderita
psikotik dan schizophrenia menimbulkan ketakutan luar biasa. Individu
merasa dirinya terancam karena melihat orang-orang yang ingin
membunuhnya, mencari atau menangkapnya. Halusinasi ini kadang juga dalam
bentuk cahaya.
Karakteristik
dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi olfaktorik (pembauan).
Penderita
merasa mencium sesuatu yang tidak dia sukai. Karakteristik ditandai
dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan, seperti darah,
urine atau feses. Kadang-kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, dan kejang.
4. Halusinasi gustatorik (pengecap).
Halusinasi
ini sangat jarang dilaporkan atau dijumpai. Individu mengecap sesuatu
yang tidak disukainya, pada penderita schizophrenia berperilaku meludah
secara terus-menerus karena merasakan rasa yang tidak disukainya.
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
5. Halusinasi taktil (perabaan).
Halusinasi
ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat
terlarang. Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contohnya merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi haptik.
Halusinasi
ini biasanya beriringan dengan halusinasi taktil dimana seolah-olah
tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan individu atau benda
lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat
sering dijumpai pada pencandu narkoba.
7. Halusinasi sinestetik.
Penderita
merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami
perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada
penderita schizophrenia dan pencandu narkoba. Karakteristik ditandai
dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
8. Halusinasi autoskopi.
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
9. Halusinasi mikrokospik.
Beberapa
gangguan kecemasan seperti obsesif kompulsif merasakan sesuatu yang
bergerak-gerak (seperti kuman, bakteri, insekta) diatas kulitnya.
Kondisi yang memungkinkan kemunculan halusinasi.
1. Demam tinggi.
2. Keracunan atau penggunaan ganja, LSD, kokain Amphetamine dan turunannya, heroin, dan alkohol.
3. Demensia atau delirium.
4. Kerusakan panca indera seperti kebutaan dan tuli.
5. Beberapa kondisi medis seperti kegagalan hati, kanker otak.
6. Kondisi psikiatrik seperti schizophrenia, depresi dengan psikotik, dan PTSD (post-traumatic stress disorder).
Adapun tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan oleh penderita, yaitu: pertama,
tahap kesatu, 1) Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara
umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan. 2) Mengalami ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan ketakutan. 3) Mencoba berfokus pada pikiran
yang dapat menghilangkan ansietas. 4) Pikiran dan pengalaman sensori
masih ada dalam kontol kesadaran, nonpsikotik. 5) Tersenyum, tertawa
sendiri. 6) Menggerakkan bibir tanpa suara. 7) Pergerakkan mata yang
cepat. 8) Respon verbal yang lambat. 9) Diam dan berkonsentrasi.
Kedua,
tahap berikutnya, 1) Menyalahkan. 2) Tingkat kecemasan berat secara
umum halusinasi menyebabkan perasaan antipasti. 3) Pengalaman sensori
menakutkan. 4) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut. 5)
Mulai merasa kehilangan control. 6) Menarik diri dari orang lain non
psikotik. 7) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan
darah. 8) Perhatian dengan lingkungan berkurang. 9) Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori kerja. 10) Kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dengan realitas.
Ketiga,
tahap selanjutnya, 1) Mengontrol. 2) Tingkat kecemasan berat. 3)
Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi. 4) Penderita menyerah
dan menerima pengalaman sensori (halusinasi). 5) Isi halusinasi menjadi
atraktif. 6) Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik. 7)
Perintah halusinasi ditaati. 8) Sulit berhubungan dengan orang lain. 9)
Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik. 10) Tidak
mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat.
Keempat,
tahap keempat, 1) Penderita sudah dikuasai oleh halusinasi. 2)
penderita panik. 3) Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu
tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam
atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik. 4) Perilaku panic.
5) Resiko tinggi mencederai. 6) Agitasi atau kataton. 7) Tidak mampu
merespon terhadap lingkungan.
Dari
tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat bahwa Catalina sudah masuk pada
tahap keempat yang membahayakan orang lain. Walau penggunaan ganja
sebagai pengobatan, tetapi bila disalahgunakan maka itu akan
membahayakan bagi diri sendiri dan orang lain. Bahkan, ada yang
menyebutkan bahwa penggunaan ganja dapat memunculkan halusinasi secara
visual. Maka, berhentilah bermain-main dengan ganja dan obat haram
lainnya.
0 Comments:
Posting Komentar