Sungguh
memprihatinkan ketika membaca data bahwa pengguna penyalahgunaan
Narkoba terus meningkat. Berdasarkan data BNN, tahun 2008, ada 3,8 juta
pengguna. Tahun 2011, ada 4 juta pengguna, dan tahun 2015 bisa mencapai
5,1 juta pengguna. Melihat data tersebut, sangat tepat bila Presiden
Susilo Bambang Yudoyono menetapkan tahun 2015, Indonesia tanpa Narkoba.
Pemberantasan penyalahgunaan Narkoba ini membutuhkan peran aktif semua
elemen masyarakat, bukan hanya BNN dan pemerintah. Terutama, dalam
pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Lebih baik mencegah daripada
mengobati, atau melakukan tindakan represif.
Peran
keluarga sangat penting dalam pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
Keluarga menjadi lingkungan pertama dalam menciptakan suasana yang dapat
menghindarkan atau setidaknya minimalkan penyalahgunaan Narkoba.
Biasanya,
orang yang menggunakan penyalahgunaan Narkoba, selain sebagai hanya
coba-coba dan gaya hidup, kebanyakan karena lari dari permasalahan
hidup. Mereka ingin meringankan atau malah menghilangkan segala
permasalahan dengan memakai Narkoba. Ketika salah seorang anggota
keluarga, misalnya anak, ada yang memiliki permasalahan hidup, maka
berikut beberapa hal yang dilakukan oleh keluarga, yaitu: pertama,
mendengarkan permasalahan anak. Mendengarkan secara aktif dengan
menunjukkan kasih sayang dan perhatian keluarga. Hendaknya tidak
menghakimi atau menuduh, merasa benar sediri, terlalu banyak memberi
nasihat atau ceramah, sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban,
mengkritik atau mencela, menganggap enteng persoalan. Hal yang
terpenting adalah menghindari kata-kata negatif dan menggunakan kalimat
terbuka yang tidak membantu pembicaraan.
Mendengarkan
aktif dengan mengulang pernyataan yang sedang bercerita dengan bahasa
sendiri sebagai tanda paham akan masalah yang dibicarakan. Tidak hanya
itu, perhatikan bahasa tubuh anak waktu berbicara. Jika bertentangan,
perhatikan bahasa tubuh yang menyataan isi hati yang sebenarnya.
Kemudian beri dorongan non verbal yang menunjukkan perhatian kepadanya.
Kedua,
tingkatkan percaya diri anak. Remaja yang menyalahgunakan narkoba
memiliki citra diri yang rendah/negatif. Remaja dengan citra diri
positif lebih mudah menolak tawaran narkoba. Di sini peran orang tua
atau keluarga dalam membantu peningkatan percaya diri anak. Bisa dengan
memberi pujian pada hal-hal kecil yang dilakukan anak. Tidak hanya itu,
orang tua mengarahkan keinginan atau cita-citanya sesuai kemampuan dan
kenyataan anak. Bukan malah menyuruh atauu memerintahkan anak menggapai
cita-cita orang tua yang tida kesampaian. Hal ini banyak terjadi,
sehingga seringkali anak bukannya sukses malah gagal dan putus asa
karena yang dilakukannya bukan keinginan sendiri, tapi keinginan orang
tua.
Ketika
anak berbuat salah, maka koreksi perbuatannya. Bukan pribadi atau harga
dirinya. Untuk membangun kepercayaan diri anak, orang tua juga dapat
memberi anak tanggung jawab yang yang sesuai kemampuan anak, seperti
memberi tugas yang harus dikerjakannya setiap hari di rumah dengan
membersihkan kamar tidur, menyapu ruangan, dan mencuci. Tentunya, tugas
tersebut diberikan dengan cara yang lemah lembuh dan kasih sayang.
Ketiga,
mengembangkan nilai positif anak sejak dini. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan mengajarkan anak untuk mengetahui perbedaan yang baik
dan buruk, yang benar dan salah, sehingga ketika anak memungkinkan dalam
mengambil keputusan, itu atas dorongan hati nuraninya, bukan karena
tekanan atau bujukan teman. Orang tua juga mengajarkan anak untuk
bersikap tulus, jujur, terbuka, mau mengakui kesalahan, meminta maaf,
serta memperbaiki diri.
Keempat, mengatasi masalah keluarga. Bila di dalam keluarga terdapat konflik, seperti konflik suami istri, jangan biarkan koflik ini berlarut-larut. Sebab, anak dapat merasakan suasana ketegangan orangtua. Hendaknya orang tua jangan bertengkar atau berdebat di depan anak. Jika perlu berkonsultasi kepada tenaga ahli atau orang yang dapat dipercayai seperti konsultan rumah tangga.
Keempat, mengatasi masalah keluarga. Bila di dalam keluarga terdapat konflik, seperti konflik suami istri, jangan biarkan koflik ini berlarut-larut. Sebab, anak dapat merasakan suasana ketegangan orangtua. Hendaknya orang tua jangan bertengkar atau berdebat di depan anak. Jika perlu berkonsultasi kepada tenaga ahli atau orang yang dapat dipercayai seperti konsultan rumah tangga.
Namun demikian, ketika anak terdapat menggunakan Narkoba, jangan segan orang tua segera melapor ke IPWL, BNN, atau polisi. Karena pihak Polri telah berkomitmen untuk menyelamatkan pecandu narkoba agar direhabilitasi dan tidak perlu mendekam di tahanan. Kapolri, Jendral Polisi Sutarman mengatakan sesuai dengan Undang-undang, bagi pecandu dan korban narkotika yang dengan kesadarannya sendiri melaporkan ke petugas tidak akan diproses atau tuntut pidana. “Saya imbau bagi orangtua yang tahu putra putrinya ketergantungan, segera laporkan ke kita, tidak perlu malu-malu. Nanti akan direhab," ujar Sutarman (Tribunnews.com, 26/1/2014).
Pernyataan Jenderal Polisi Sutarman tersebut menegaskan dukungan penuh Polri yang akan memfasilitasi jika ada generasi muda yang melapor. Para pecandu yang melapor ini nanti akan dikirim ke tempat rehabilitasi.
Demikianlah peranan orang tua dalam keluarga. Dalam pencegahan penyalahgunaan Narkoba, keluarga juga hendaknya mempelajari masalah Narkoba. Pengetahuan mengenai permasalahan Narkoba, mulai dari jenis zat Narkoba, efek bahaya Narkoba, sampai solusi atau hal-hal yang mesti dilakukan ketika terdapat anggota keluarga yang terkena Narkoba. Naudzubillahi mindzalik.
Karena
tidak mungkin keluarga dapat mencegah penyalahgunaan Narkoba, bila sama
sekali tidak mengetahui tentang Narkoba. Selain itu, hal ini penting
untuk dapat memberi pemahaman kepada anak tentang jenis Narkoba dan efek
bahaya penyalahgunaan Narkoba. Orang tua perlu mengajarkan secara
detail kepada anak tentang Narkoba, sehingga mereka mengerti secara utuh
dan mampu mengambil langkah yang benar.
Setelah
memberi informasi Narkoba, orang tua dapat memberi pelarangan pemakaian
Narkoba kepada anak, termasuk rokok dan alkohol dengan diberi
penjelasan efek bahaya penyalahgunaan Narkoba. Pelarangan pun harus
spesifik, dari mulai aturan pelarangan, konsekuensi jika melanggar,
sanksi hukuman dan tujuan pemberian hukuman. Ini penting agar anak lebih
jelas dalam pelaksanaannya dan bersifat konsisten, baik di rumah,
sekolah, maupun di tempat lainnya. Penjelasan yang diberikan pun harus
logis dan masuk akal, sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya
dengan baik.
Keluarga
juga harus dapat mengawasi hal-hal yang dilakukan oleh anak, seperti
dalam menonton televisi atau internet, serta pergaulan dengan
teman-temannya. Mengawasi bukan berarti menguntit tingkah laku anak,
tapi sekedar mengamati atas kegiatan yang dilakukannya.
Dengan
demikian, keluarga menjadi benteng utama dalam mencegah penyalahgunaan
Narkoba. Keluarga yang berwawasan luas, arif dan bijaksana, menjadi
teladan bagi generasi muda untuk hidup tanpa Narkoba.
0 Comments:
Posting Komentar