Ibarat rumput hidup, bahwa semua yang ada menjadi nyata. Selembar informasi telah mengubah perasaan, dari netral menjadi sedih dan perasaan paling menderita. Hal masa lalu menjadi terang seperti jalan yang penuh cahaya lampu, sedangkan jalanan gelap gulita oleh amuk rasa yang berakhir dengan hujan air mata.
Ya, lembaran tulisan telah memuat rasa-rasa untuk perlakuan tidak adil atau tidak sesuai, tetapi ada kalanya semuanya menjadi hal-hal yang tidak tertera. Sungguh ironisnya hidup, ketika manusia yang mengaku adil padahal yang dilakukannya menjadi abstrak.
Mengamati gejolak rasa dan pikiran yang bergentayangan dengan segala hal yang ada, termasuk ini loh rasanya menjadi hal-hal yang diperlakukan dengan ketidakadilan. Menerima dan mengamatinya untuk membangun pelajaran atau hikmah.
Sebuah hal yang tertera bahwa memang semua sebagai pembelajaran, bahwa ada yang bergejplak dengan realita yang ada, bahwa hal-hal yang terbangun dengan yang ada, maka itu pun menjadi bagian untuk pergi dan berlalu dalam perjalanan kehidupan yang tidak dalam hakikat perjalanannya.
Dalam kompetisi rasa dan pikir, manusia yang berada pada posisi yang sama dengan tidak ada saudara, tetangga ataupun teman, semua menjadi hal-hal yang tertera.
Perjalanan hidup manusia tidak ada yang tahu, menjadi pembelajaran hidup bahwa semua yang ada berada pada realita yang sudah ada. Untuk hal-hal yang menjadi bagian tersebut, ada hal-hal yang tidak membaginya. Keadilan itu hanya milik Tuhan, bukan manusia. Penerimaan ketika diperlakukan tidak adil, dengan menghadapkannya pada sebuah hal yang menunjukan bahwa orang tersebut pasti akan mendapatkan ketidakadilannya langsung, tanpa titik ataupun koma. Semua hal ingin diungkapkan dengan pengungkapan yang jelas dan tegas, namun sayang semua tidak sesuai dengan realita yang ada. Menarik bukan hidup menjadi manusia.
0 Comments:
Posting Komentar